Bandar Lampung,
Rencana Walikota Bandar Lampung terkait pembangunan kios di belakang Pasar Tugu saat ini menuai protes sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Tugu.
Rencana Walikota Bandar Lampung terkait pembangunan kios di belakang Pasar Tugu saat ini menuai protes sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Tugu.
Sekitar 500 warga dari Persatuan
Pedagang Kaki Lima (PPKL) hingga para pedagang di Pasar Tugu Bandar Lampung
meluapkan kekecewaannya dalam bentuk unjuk rasa kepada Walikota dan Pemkot
Bandar Lampung di depan halaman parkir Pasar Tugu, Senin (10/12) kemarin.
“Hidup rakyat! Hidup Pedagang Kaki Lima!! Tolak Penggusuran !!!” itulah kata-kata yang diucapkan para PKL Pasar Tugu. Dalam orasinya PPKL menuntut penolakan pembangunan kios dibelakang pasar tugu saat ini karena jelas akan mematikan usaha dari PKL, mereka meminta untuk mengembalikan kondisi pasar tugu sebagai mana mestinya, membangun Pasar Tugu dengan bangunan hamparan bukan kios, karena para PKL merasa tidak sanggup membayar sewa kios dan menata PKL ditempatnya semula.
Agus Siregar sebagai Ketua PPKL se-Bandar Lampung mengatakan, kami menerima surat edaran dari Sekda hari ini (10/12) yang isinya Pasar Tugu akan dip agar dan PKL harus menempati kios-kios yang sudah dibangun selambat-lambatnya hari selasa. “Seharusnya ada kesepakatan terlebih dahulu jika memang ada rencana seperti itu, kami tidak terima dengan rencana pak Wali. Jika tuntutan kami tidak di kabulkan kami akan kembali melakukan unjuk rasa besar-besaran di halaman Pemkot dan DPRD Kota, bahkan kita akan menginap di sana,” tegasnya.
Senada dengan Agus, Hayumi, Ketua PPKL Pasar Tugu, mengatakan, “Hari Rabu kami akan mengerahkan 1000 PKL lagi untuk demo besar-besaran di kantor Pemkot. Kami ini rakyat kecil, Jika kita ditempatkan di lantai dua harga sewanya dan otomatis para pembeli sepi pun mahal bisa-bisa kita para PKL pada bangkrut dan banyak yang jadi penganguran”, keluh Hayumi.
Menurutnya, tindakan tersebut adalah suatu langkah yang kurang populis, karena jelas mengorbankan PKL dimana para PKL tidak akan mampu untuk membeli kios dengan harga Rp. 85.000.000 per kios dengan ukuran 3x3 meter yang dibangun oleh pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung. Moderenisasi pasar jelas mengorbankan PKL dan pasar-pasar tradisional karena jelas hanya pemodalan-pemodalan besar yang sanggup untuk bersaing.
Sedangkan PKL tak memiliki modal yang cukup utuk bersaing, maka tak heran para PKL yang telah digusur banyak yang menjadi pengangguran dan tidak sedikit yang membuka pasar-pasar temple dan juga pasar-pasar sore. Ini adalah dampak dari penggusuran-penggusuran yang terjadi di beberapa pasar di Bandar Lampung.
“Sekarang para PKL belum ada tempat, jadi mau ditempatkan dimana? Kalau pun ada tempat untuk PKL hanya di lantai dua itu pun harus menembus Rp. 10 – 15 juta per hari untuk pembayaran salar sampah, Dinas pasar, keamananan dan listrik. Itu sangat memberatkan PKL karna jelas PKL tidak ada modal untuk menembus itu. Silahkan bangun dan tata yang rapi kota Bandar Lampung ini tetapi PKL harus tetap dibawah kami tidak mau menempati kios tersebut!” harapnya. (Lia)
“Hidup rakyat! Hidup Pedagang Kaki Lima!! Tolak Penggusuran !!!” itulah kata-kata yang diucapkan para PKL Pasar Tugu. Dalam orasinya PPKL menuntut penolakan pembangunan kios dibelakang pasar tugu saat ini karena jelas akan mematikan usaha dari PKL, mereka meminta untuk mengembalikan kondisi pasar tugu sebagai mana mestinya, membangun Pasar Tugu dengan bangunan hamparan bukan kios, karena para PKL merasa tidak sanggup membayar sewa kios dan menata PKL ditempatnya semula.
Agus Siregar sebagai Ketua PPKL se-Bandar Lampung mengatakan, kami menerima surat edaran dari Sekda hari ini (10/12) yang isinya Pasar Tugu akan dip agar dan PKL harus menempati kios-kios yang sudah dibangun selambat-lambatnya hari selasa. “Seharusnya ada kesepakatan terlebih dahulu jika memang ada rencana seperti itu, kami tidak terima dengan rencana pak Wali. Jika tuntutan kami tidak di kabulkan kami akan kembali melakukan unjuk rasa besar-besaran di halaman Pemkot dan DPRD Kota, bahkan kita akan menginap di sana,” tegasnya.
Senada dengan Agus, Hayumi, Ketua PPKL Pasar Tugu, mengatakan, “Hari Rabu kami akan mengerahkan 1000 PKL lagi untuk demo besar-besaran di kantor Pemkot. Kami ini rakyat kecil, Jika kita ditempatkan di lantai dua harga sewanya dan otomatis para pembeli sepi pun mahal bisa-bisa kita para PKL pada bangkrut dan banyak yang jadi penganguran”, keluh Hayumi.
Menurutnya, tindakan tersebut adalah suatu langkah yang kurang populis, karena jelas mengorbankan PKL dimana para PKL tidak akan mampu untuk membeli kios dengan harga Rp. 85.000.000 per kios dengan ukuran 3x3 meter yang dibangun oleh pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung. Moderenisasi pasar jelas mengorbankan PKL dan pasar-pasar tradisional karena jelas hanya pemodalan-pemodalan besar yang sanggup untuk bersaing.
Sedangkan PKL tak memiliki modal yang cukup utuk bersaing, maka tak heran para PKL yang telah digusur banyak yang menjadi pengangguran dan tidak sedikit yang membuka pasar-pasar temple dan juga pasar-pasar sore. Ini adalah dampak dari penggusuran-penggusuran yang terjadi di beberapa pasar di Bandar Lampung.
“Sekarang para PKL belum ada tempat, jadi mau ditempatkan dimana? Kalau pun ada tempat untuk PKL hanya di lantai dua itu pun harus menembus Rp. 10 – 15 juta per hari untuk pembayaran salar sampah, Dinas pasar, keamananan dan listrik. Itu sangat memberatkan PKL karna jelas PKL tidak ada modal untuk menembus itu. Silahkan bangun dan tata yang rapi kota Bandar Lampung ini tetapi PKL harus tetap dibawah kami tidak mau menempati kios tersebut!” harapnya. (Lia)
Posting Komentar