1. Khadijah binti Khuwailid [i]bin Asad al
Quraisyiyyah al Asadiyah, istri pertama Rasulullah, dinikahi 15
tahun sebelum kerasulan ketika Nabi Muhammad jejaka 25 tahun, sedangkan
Khadijah janda 40 tahun. Sebelumnya Khadijah telah menikah dua kali,
pertama dengan Abu Halah bin Zarah at-Tamimi dan kemudian dengan Atiq
bin Aziz at Tamimi.
Sebelum mereka menikah, Khadijah mempercayakan
pengelolaan barang dagangannya kepada pemuda Muhammad. Tertarik akan
pribadi dan kejujurannya, Khadijah meminangnya untuk menjadi suaminya.
Dari pernikahan itu mereka dikaruniai enam orang anak: Qasim, Zainab,
Ruqayyah, Ummi Kalsum, Fatimah, dan Abdullah. Dari keenam putra-putri
mereka, hanya Fatimah yang menurunkan keturunan yang sampai sekarang
tersebar diseluruh dunia.
Khadijah berperan besar pada masa-masa awal penyebaran
Islam. Dia mendedikasikan hartanya bagi kepentingan Islam. Khadijah
wafat 2 tahun sebelum Rasulullah saw hijrah, dalam usia 65 tahun. Tahun
wafatnya bersamaan dengan wafatnya Abu Thalib, paman Rasulullah saw.
2. Saudah binti Zam’ah, istri kedua
Rasulullah, dinikahi setelah Khadijah wafat. Sebelum menikah dengan
Rasulullah ia istri Sakran bin Umar al Amiri. Suami istri ini termasuk
orang-orang pertama yang beriman. Karena dinista kaum Quraisy, mereka
hijrah ke Habsyah. Setelah kembali ke Mekkah, Sakran meninggal. Saudah
hidup sebagai janda lanjut usia, tanpa pelindung; bapaknya sendiri masih
musyrik. Atas desakan bibinya, Khaulah binti Hakim, Rasulullah
menikahinya. Meskipun berstatus sebagai istri, ia tidak pernah meminta
haknya selaku umumnya seorang istri. Dia berkata: “Demi Allah,
sesungguhnya saya tidak ingin menikah. Tetapi saya ingin bangkit kelak
di hari kiamat sebagai istri Rasulullah.” Saudah wafat di akhir masa
Khalifah Umar bin Khattab
3. Zainab binti Huzainah bin Abdullah bin Umar bin
Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sa’sa’ab al Hilaliyah. Ia menikah
dengan Rasulullah tahun 11 H. Sebelumnya dia pernah menikah dengan
Abdullah bin Jahsi, salah satu syuhada Uhud. Pernikahannya dengan
Rasulullah tidak berlangsung lama karena wafat kira-kira dua bulan
setelah pernikahannya. Ia terkenal dengan sebutan Umm al Masakin (Ibu
kaum miskin), karena senang memberi makan dan sedekah kepada fakir
miskin.
4. Aisyah binti Abu Bakr as Siddiq, lahir 2
tahun sebelum kerasulan. Pernikahannya dengan Rasulullah saw tidak
menghasilkan keturunan. Ia banyak mendengar al Qur’an dan hadis langsung
dari Rasulullah saw. Melalui Aisyah umat Islam mengetahui bagaimana
Rasulullah saw menjalankan kewajibannya sebagai suami, sampai hal-hal
yang sangat pribadi yang patut diketahui umat Islam untuk diteladani.
Aisyah juga dikenal sebagai orang yang cerdas, banyak mengetahui
hukum-hukum dan ilmu fara’id (hukum pembagian harta waris) yang rumit.
Aisyah wafat pada tahun 47 atau 48 H. Darinya para ulama menerima 2.210
hadis, termasuk hadis-hadis pergaulan suami-istri yang tidak akan
diterima dari perawi lain.
5. Juariyah binti al Haris, dinikahi
Rasulullah saw enam tahun setelah hijrah. Pertemuannya dengan Rasulullah
saw terjadi ketika Bani Mustaliq menyerang kaum muslimin. Juariyah ikut
di dalamnya. Serangan Bani Mutaliq dapat dipatahkan, Juariyah menjadi
tawanan Qais bin Sabit. Ia akan dibebaskan dengan syarat membayar
tebusan. Oleh karena tidak memiliki uang tebusan, ia menghadap
Rasulullah saw mengadukan nasibnya. Rasulullah saw bersabda: “Apakah
engkau menginginkan agar aku membayar tebusanmu, kemudian aku
menikahimu?” Juariyah setuju dan Rasulullah saw menikahinya. Pernikahan
mereka membuat hubungan kaum muslim dengan Bani Mustaliq menjadi erat.
Juariyah wafat tahun 56 H.
6. Sofiyah binti Huyay bin Akhtab dinikahi
Rasulullah saw beberapa saat setelah Perang Khaibar. Sofiyah adalah
putri raja dan suaminya juga bangsawan Khaibar yang memiliki benteng
Qumus, beragama Yahudi, bernama Kinanah bin Rabi’. Setelah terjadi
perang Khaibar, orang-orang Khaibar menjadi tawanan, termasuk Sofiyah.
Sebagai bekas permaisuri raja, keadaan itu teramat menyedihkan. Kemudian
ia masuk Islam dan bersedia dinikahi Rasulullah saw. Setelah menjadi
Ummul Mukminin, ia kembali menduduki tempat kehormatannya. Pernikahannya
dengan Rasulullah saw membuat orang-orang Khaibar ikut tergerak untuk
masuk Islam. Sofiyah wafat sekitar tahun 50 H.
7. Ummu Salamah, nama aslinya adalah Hindun
binti Abu Ummayah bin Mugirah bin Abdullah bin Amr bin Mahzum, dinikahi
Rasulullah saw pada tahun 2 H. Sebelum dinikahi Rasulullah saw ia pernah
menikah dengan Abdullah bin Asad al Mudirah dan memiliki anak bernama
Salamah. Itu sebabnya ia dikenal dengan nama Ummu Salamah (Ibu Salamah).
Suaminya ikut perang Uhud dan sempat terluka. Dalam peperangan dengan
Bani Asad dia meninggal dunia.Beberapa tahun setelah pernikahannya
dengan Rasulullah saw, Ummu Salamah mendampingi Rasulullah saw dalam
penakhlukan Mekkah, perang dengan orang Ta’if, perang melawan Bani
Hawazin, dan perang melawan Bani Saqif. Ummu Salmah juga dikenal sebagai
perawi hadis. Dia wafat sekitar tahun 59 atau 61H.
8. Ramlah binti Abu Sofyan. Sebelum masuk Islam
ia menikah dengan Ubaidillah bin Yahsi al Asadi, sepupu Rasulullah saw.
Ramlah dan suaminya masuk Islam, sementara orang tua mereka tetap
musyrik bahkan memusuhinya. Karena tekanan dari kaum musyrik Quraisy
Mekkah, Ramlah beserta suaminya hijrah ke Habsyah. Di tengah perjalanan
hijrah yang sulit itu, Ramlah melahirkan, sementara suaminya kembali
murtad. Meskipun sendirian dan menderita diperantauan Ramlah tetap teguh
mempertahankan keimanannya. Kabar penderitaannya itu sampai kepada
Rasulullah saw. Melalui surat yang disampaikan Raja Najasyi, Rasulullah
saw meminangnya. Ramlah menerima pinangan itu dan menunjuk Kalid bin
Sa’id bin As bin Ummayah sebagai walinya. Ketika itu dia tetap tinggal
di Habsyah karena pertimbangan keamanan.Sesudah Rasulullah saw hijrah ke
Madinah, beliau memerintahkan para sahabat untuk mencari umat Islam
yang terpencar-pencar di pengungsian termasuk yang masih ada di Habsyah.
Ramlah ikut bersama mereka kembali ke Madinah dan untuk pertama kalinya
bertemu dengan Rasulullah saw. Ramlah wafat tahun 44 H di masa
pemerintahan adiknya, Mu’awiyah bin Abu Sofyan.
9. Hafsah binti Umar bin Khattab, lahir lima
tahun sebelum kerasulan. Pertama kali dia menikah dengan Hunain bin
Hufazah, salah seorang sahabat yang ikut hijrah ke Habsyah dan ikut
Perang Uhud. Ia wafat tahun 3 H. Setelah menjanda beberapa tahun Hafsah
dinikahi Rasulullah saw. Kehadirannya di tengah-tengah rumah tangga
Rasulullah saw sempat menimbulkan konflik. Ketika hadir Mariyah al
Qibtiyyah, Hafsah cemburu berat. Ia mengajak istri-istri Rasulullah saw
yang lain untuk mempengaruhi suami mereka agar membenci Mariyah.
Rasulullah saw sempat menjauhi Mariyah hingga turun ayat 1 surat
at-Tahrim menegur beliau.
Setelah Rasulullah saw wafat, atas usul Umar bin Khattab,
Khalifah Abu Bakr mengumpulkan naskah al Qur’an yang tadinya berserakan
baik di catatan-catatan pribadinya maupun hafalan para sahabat. Naskah
al Qur’an lengkap pertama yang dikenal dengan ‘Mushaf Abu Bakr’ itu
disimpan di rumah Hafsah. Naskah tersebut baru dikeluarkan pada zaman
Khalifah Utsman untuk diperbanyak.
10. Maimunah binti al Haris adalah seorang janda
yang dinikahi Rasulullah saw beberapa saat setelah Fath Makkah. Ketika
Rasulullah saw beserta kaum muslim memasuki kota Mekkah, kaum musyrik
yang tidak ingin bersahabat menyingkir keluar Mekkah. Akan tetapi
tiba-tiba datang Maimunah dengan mengendarai unta sambil
berteriak-teriak: “Unta ini beserta penunggangnya dipersembahkan untuk
Allah dan Rasul-Nya.” Perbuatan Maimunah tersebut mengundang cemoohan
khalayak ramai, karena belum tentu Rasulullah saw mau. Abbas
memberitahukan kemauan Maimunah ini kepada Rasulullah saw. Ketika berita
itu sampai kepada Rasulullah saw, beliaupun menerima kemauan Maimunah
dan menikahinya. Hal ini beliau lakukan semata-mata untuk menghindarkan
Maimunah dari cemoohan dan rasa putus asa. Maimunah wafat pada tahun 15
H.
11. Zainab binti Jahsy bin Rubab bin Ya’mar bin Sabrah
bin Murrah bin Kasir bin Ganam bin Daudun bin Asad bin Khuzaimah.
Ibunya bernama Umainah binti Abdul Mutallib bin Hasyim; jadi masih
saudara sepupu Rasulullah saw. Sebelumnya Zainab adalah istri Zaid bin
Harisah, anak angkat Rasulullah saw. Ia dinikahi Rasulullah saw tahun 3
H. Pernikahannya ini sekaligus menghapus pandangan masyarakat Arab
ketika itu yang menyamakan status anak angkat sama dengan anak kandung,
termasuk pencantuman nama nasab bapak angkat, sehingga bekas istri anak
angkat tidak boleh dinikahi bapak angkat. Zainab wafat tahun 20 H.
Sebelum wafat ia berkata: “Aku telah menyediakan kain kafan untukku.
Umar akan mengirimkannya untukku. Oleh karena itu saya minta, salah
satunya diberikan pada yang memerlukannya. Bila masih ada hak-hakku
supaya disedekahkan kepada yang memerlukannya.”
12. Mariyah binti Syam’un al Qibtiyyah, ibunya
berdarah Romawi. Ia lahir dan dibesarkan di Ansuna suatu desa sebelah
timur Sungai Nil. Pada masa remajanya ia tinggal di istana Raja Muqauqis
Mesir sebagai pelayan istana. Ketika Habib bin Abu Balta’ah diutus
menyampaikan surat dari Rasulullah saw kepada Raja Muqauqis, sebetulnya
raja mengakui kerasulan Muhammad saw tetapi takut akan kehilangan
kewibawaannya di hadapan rakyatnya, yang berarti pula akan kehilangan
mahkotanya. Oleh karena itu ia membalas surat Rasulullah saw dengan
penuh penghormatan sambil mengirimkan Mariyah dan saudaranya, Sirin,
serta 1.000 misqal mas, 20 stel pakaian tenunan Mesir, madu lebah, kayu
cendana, minyak kesturi, keledai lengkap dengan pelananya dan seekor
himar putih. Mereka tiba di Madinah pada tahun 7 H.Rasulullah saw
menikahi Mariyah, sementara adiknya, Sirin, dinikahkan dengan penyair
Hassan bin Sabit. Kehadiran Mariyah di antara istri-istri Rasulullah saw
membuat mereka cemburu, terutama Hafsah dan Aisyah, lebih-lebih setelah
Mariyah hamil dan melahirkan Ibrahim (wafat pada usia satu setengah
tahun). Mariyah wafat pada tahun 16 H pada masa Khalifah Umar bin
Khattab.
Referensi :
http://www.berryhs.com/
http://www.berryhs.com/
Posting Komentar